Jumat, 01 Juni 2012

Kepler Temukan 54 Planet Yang Dapat Dihuni

type='html'>
Teleskop luar angkasa Kepler telah membuat penemuan menakjubkan. Lewat konferensi pers yang digelar NASA Rabu (2/2/2011) siang waktu Washington atau Kamis (3/2/11) dini hari WIB, hal utama yang diumumkan adalah bahwa Kepler telah menemukan 1.235 planet dengan 54 diantaranya potensial mendukung kehidupan.

Namun, di luar isu utama tentang penemuan planet yang bisa dihuni itu, Kepler menyimpan temuan lain yang tak kalah menakjubkan. Teleskop luar angkasa yang baru beroperasi tahun 2009 ini menemukan sebuah tata surya baru beranggotakan 6 buah planet. Seluruh planet mengorbit satu bintang induk yang dinamai Kepler 11.

Tata surya baru itu berjarak 2000 tahun cahaya dari Bumi. Tata surya ini unik sebab merupakan tata surya pertama yang memiliki jumlah planet transit lebih dari 3. Dalam konferensi pers yang digelar, NASA mengatakan, "Ini adalah grup terbesar planet transit mengorbit satu bintang induk yang pernah ditemukan di luar tata surya kita."

Planet transit secara sederhana bisa dikatakan sebagai planet yang memiliki jarak orbit sangat dekat dengan bintangnya. Ketika planet tersebut melintas di muka bintang, maka planet itu akan tampak seolah-olah sedang singgah atau transit di sana. Dalam tata surya kita, tak jarang ditemui fenomena transit Merkurius saat planet tersebut melintasi Matahari. Proses transit secara sederhana adalah "gerhana".

Temperatur seluruh planet lebih panas dari Venus, sekitar 400 hingga 1400 derajat Fahrenheit. Para astronom mengungkapkan, seluruh planet yang mengorbit Kepler 11 memiliki ukuran lebih besar dari bumi. Rentang ukurannya sekitar 2 hingga 4,5 kali massa bumi. Planet yang terbesar diperkirakan memiliki ukuran setara dengan Uranus atau Neptunus. Keseluruhannya ditemukan dengan cara melihat peredupan cahaya bintang induk saat planet melintasi wilayah antara bintang dan teleskop.

Keunikan lain tata surya baru ini adalah arsitekturnya. Anggota tata surya Kepler 11 terdiri atas planet-planet tersusun kompak, memadati area di dekat bintang induk. Sebanyak 5 planet seolah mengumpul saling berdekatan sementara 1 lainnya tampak "terpental" karena sedikit terpisah. Planet terdekat adalah Kepler 11-b yang jarak dengan bintang induknya 10 kali lebih dekat dari jarak Bumi-Matahari. Sementara planet terjauh adalah Kepler 11-g yang jarak dengan bintang induknya 1/2 jarak Bumi-Matahari.

Sejauh ini, belum diketahui adanya tata surya dengan arsitektur sedemikian unik. Sebanyak 5 planet yang seolah mengumpul adalah Kepler 11-b, Kepler 11-c, Kepler 11-d, Kepler 11-d dan Kepler 11-e. Sementara, planet yang sedikit terpental adalah Kepler 11-g. Seluruhnya merupakan planet yang terdiri atas campuran batuan, gas dan mungkin air.

Planet Kepler 11-d, Kepler 11-e dan Kepler 11-f mempunyai jumlah gas ringan yang signifikan, menandakan bahwa ketiganya baru terbentuk dalam jangka waktu beberapa juta tahun terakhir. Seluruh planet memiliki waktu revolusi antara 10-47 hari.

Dengan penemuan tata surya baru ini, Kepler semakin memantapkan posisinya sebagai teleskop luar angkasa unggulan masa kini. Prediksi Geoff Marcy, astronom dari University of California di Berkeley, pada tahun 2020 Kepler akan menemukan setidaknya 10.000 planet. Sementara pada tahun 2030, jumlahnya temuannya bisa bertambah 20.000 lagi. Hingga konferensi NASA kemarin, Kepler telah menemukan 1235 planet.




54 Planet serupa Bumi


Sementara itu, terkait dengan penemuan 1.235 planet di luar tata surya, William Borucki, kepala ilmuwan yang terlibat dalam misi Kepler, mengakui, penemuan ini sangat mengejutkan. Apalagi karena dari jumlah itu, 54 di antaranya kemungkinan dapat dihuni manusia karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

Ia memerinci, dari 1.235 planet baru yang terdeteksi, 68 di antaranya seukuran Bumi, 288 super Bumi, 662 seukuran Neptunus, 165 seukuran Jupiter, dan 19 lebih besar dari Jupiter. Sementara dari 54 planet yang ditemukan di zona orbit yang mendukung kehidupan, 5 di antaranya seukuran Bumi dan sisanya antara super Bumi atau dua kali ukuran Bumi hingga seukuran Jupiter.

"Kami mulai dari nol ke 68 kandidat planet seukuran Bumi dan dari nol hingga 54 kandidat di zona yang mendukung kehidupan, sebuah wilayah di mana air dalam bentuk cair mungkin ada di permukaan planet. Beberapa kandidat mungkin juga memiliki bulan dengan air dalam bentuk cair," jelas Borucki.

Penemuan planet yang mendukung kehidupan sebanyak 54 buah merupakan jumlah yang sangat banyak. Sejauh ini bahkan bisa dikatakan belum pernah ditemukan planet ekstrasurya yang benar-benar dapat dipastikan mirip Bumi dan kemungkinan dapat dihuni. Kalaupun mengandung senyawa organik dan zat-zat yang dibutuhkan untuk kehidupan, planet yang ditemukan biasanya terlalu jauh atau terlalu dekat bintangnya.

Meski disebut mendukung kehidupan, planet-planet tersebut belum dapat dipastikan ada kehidupan di sana saat ini seperti Mars misalnya. Kalaupun ada kehidupan mungkin berupa jasad renik seperti bakteri atau jenis kehidupan yang belum terbayangkan saat ini. Pekerjaan rumah berikutnya yang masih harus dilakukan para ilmuwan adalah menentukan ukuran planet-planet tersebut, komposisi, suhu permukaan, jarak dari bintangnya, kondisi atmosfer, dan kemungkinan adanya air serta senyawa karbon.

Semua planet asing tersebut ditemukan di galaksi Bima Sakti. Namun, jaraknya terlalu jauh dari Bumi dan mustahil mengirim misi ke sana. Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, perlu jutaan tahun untuk berkunjung ke planet-planet tersebut.
Ditemukan Planet Asing yang Bisa Dihuni
WASHINGTON - untuk pertama kalinya para Astronom menemukan sebuah planet di luar tata susya kita yang memiliki temperatur seperti Bumi dan sepertinya bisa di huni.
Temuan ini di lukiskan sebagai langkah besar dalam usaha pencarian "kehidupan asing di jagat raya."

Planet yang di temukan tersebut memilik ukuran yang tepat, diduga mempunyai air dalam bentuk yang cair, dan secara terminologi galaktik berada relatif dekat yakni 190 trilyun kilometer. Namun bintang yang di kelilinginya berupa "bintang kerdil merah" atau red dwarf yang jauh lebih kecil, lebih redup, dan lebih dingin di banding dengan Matahari kita.
Planet itu di temukan menggunakan teleskop European Southern Observatory di La Silla, Chilli, yang memiliki instrumen khusus untuk memecah cahaya guna menemukan objek dalam panjang gelombang berbeda-beda. Dengan cara itulah, di temukan planet yang mengelilingi bintang merah kerdil, Gliese 581.
Red dwarf adalah bintang kecil yang berenergi rendah yang memancarkan cahaya merah redup. Sampai beberapa tahun lalu, para Astronom tidak menganggap bintang-bintang seperti itu bisa menjadi tempat tinggal planet-planet yang memiliki kehidupan.

Penemuan planet baru yang kemudian di namai 581 C ini memicu penelitian lebih jauh terhadap planet-planet yang mengelilingi bintang redup serupa. Planet di ketahui, 80 persen bintang yang berada di dekat Bumi adalah red dwarf.
Planet baru ini sekitar lima kali lebih berat di banding dengan Bumi. Para penemunya belum yakin apakah permukaannya berbatu seperti Bumi atau berupa es beku dengan air di permukaannya.
Bila 581 C ternyata memang planet batu, maka diameternya di perkirakan sekitar 1,5 kali lebih besar dari Bumi. Namun bila ia ternyata planet es, maka ukurannya mungkin lebih besar lagi.
Berdasarkan teori, 581 C seharusnya memiliki atmosfer, meski zat apa yang ada di atmosfernya masih misterius. Dan bila atmosfer itu terlalu tebal, maka di hawatirkan permukaan planet itu akan terlalu panas. Namun para Astronom yakin suhu rata-rata di sana antara 32 hingga 104 derajat.
Tentu saja masih banyak hal yang harus di teliti sebelum bisa dipastikan apakah planet tersebut bisa mendukung kehidupan atau tidak. Perlu di catat bahwa syarat-syarat planet yang bisa mendukung kehidupan menurut para peneliti adalah mempunyai ukuran yang relatif serupa dengan Bumi, dan memiliki temperatur yang memungkinkan adanya air dalam bentuk cair. Dengan syarat tersebut, sebenarnya plnet Mars termasuk kategori yang bisa mendukung kehidupan. Meski begitu, ini adalah kali pertama ditemukan planet diluar tata surya yang masuk dalam standar di atas.

"Ini adalah langkah signifikan dalam langkah usaha menemukan kehidupan lain di jagat raya," kata Astronom Universitas Jenewa, Michel Mayor, salah satu dari 11 peneliti di Eropa yang menemukan planet tersebut.
"Sungguh suatu penemuan yang menyenangkan, dan kami masih memiliki banyak pertanyaan tentangnya."
Sampai saat ini, seluruh 220 planet yang di temukan di luar tata surya kita memiliki masalah "Goldiloks". Mereka terlalu panas, terlalu dingin, atau terlalu besar dan berupa planet gas, seperti Jupiter. Nah, planet baru ini sepertinya sangat cocok dengan definisi planet yang bisa di huni, setidaknya begitu yang di perkirakan para peneliti.